Keselamatan dalam Pandangan Agustinus dan Anselmus
Sumber Gambar: Ikatolik
Pemikiran St. Agustinus tentang keselamatan (soteoriologi) harus dipahami sebagai kebutuhan setiap orang. Artinya berkaitan dengan kebutuhan, keselamatan itu harus dipahami mencangkup setiap orang untuk di selamatkan dari dosa dan segala akibatnya. Agustinus melihat bahwa, karena dosa dari Adam, semua manusia juga mengalami atau menerima ‘kutukan’ itu. Berkaitan dengan kutukan itu, maka kebebasan manusia tidak menjadi bebas lagi. Sebenarnya dasar pemahaman akan pandangan Agustinus yang begitu keras menekankan soal dosa adalah Cinta Allah. Memang Agustinus menjelaskan mengenai kemarahan Allah, tapi ia juga menekankan kesungguhan Cinta Allah kepada manusia; karena cinta inilah, Ia mengutus Putra-Nya sendiri.
Hemat saya, di sini bisa dilihat bahwa gambaran keselamatan Agustinus bukan terfokus pada keselamatan universal, tapi pada terfokus pada cinta yang total, cuma-cuma dan berdaya guna dari Allah kepada manusia yang diselamatkan. Keselamatan berarti bersatu dengan Allah, terbebas dari maut dan memperoleh sebuah kehidupan yang bersih dari dosa serta pembebasan diri dari kuasa setan dari keadaan asali yang terjatuh dalam dosa. Kesimpulan yang bisa ditangkap mengenai penekanan keselamatan oleh Agustinus adalah manusia (yang berdosa dan tidak bebas) hanya sanggup mencapai keselamatan karena inisiatif dari Allah (Kasih) yang mau mendekati manusia, dan berkat karunia Allah sebagai Roh yang memampukan manusia untuk bisa menanggapi tawaran kasih dari Allah.
St. Anselmus sendiri memiliki pemahaman keselamatan yang masuk akal. Ia juga menggunakan pemikiran Agustinus sebagai pegangan pemikirannya. Anselmus sendiri, tidak begitu saja yakin bahwa semua orang akan diselamatkan (keselamatan universal). Hanya orang-orang yang berpegang pada Kristus ‘otomatis’ diselamatkan. Saya sendiri memahami bahwa Anselmus mengatakan demikian, karena dia seorang rahib pada zamannya. Penekanannya pada pribadi setiap orang yang harus membuka diri secara total, untuk bisa menerima keselamatan. Di sisi lain, Anselmus juga percaya bahwa Allah niscaya akan menyelamatkan apa saja yang telah Ia rencanakan ketika menciptakan alam semesta. Ia menyebutkan bahwa orang-orang yang diselamatkan itu merupakan wakil bagi umat manusia itu sendiri.
Pembicaraan mengenai keselamatan tentunya akan berkaitan dengan peran Yesus Kristus. Agustinus mengatakan bahwa keselamatan Allah membutuhkan Yesus Kristus sebagai pengantara sebagai Sang Sabda yang menjadi manusia. Agustinus mencoba lebih spesifik akan pemikirannya tentang peran Yesus, yakni karya Yesus sebagai sebuah pengorbanan. Pengorbanan dari Kristus itu dipersembahkan bagi Allah sebagai “silih” bagi dosa manusia. Saya melihat bahwa Agustinus berusaha menekankan bahwa melalui wafat dan kematian Yesus (maut), manusia berada pada kedamaian dengan Allah. Saya tertarik dengan perkataan Agustinus mengenai pengorbanan yang dilakukan Yesus. Pengorbanan itu terletak pada batiniah Yesus, bukan semata-mata kematian dalam proses keadilan biasa. Pengorbanan Yesus didorong oleh keinginan untuk mempersatukan manusia dengan Allah.
Karya Yesus juga merupakan sebuah tebusan. Saya memahami bahwa pemikiran Agustinus terstruktur tentang tebusan itu. Tebusan karena kedosaan manusia (dosa asal) dan setan masih berada dalam kerangka absolut dengan Allah dan keadilan-Nya. Allah mengalahkan setan lewat keadilan-Nya. Dengan demikian Kristus muncul sebagai penebus untuk mengalahkan setan. Yesus telah menang atas kuasa maut dan setan. Di sini, Agustinus berusaha memberi pemahaman akan pergolakan antara Allah dengan setan yang pada dasarnya tidak sejajar, tetapi menjadi ‘lawan’ bagi keselamatan dan karya Kristus. Fokusnya pada keseriusan dosa dan keluasan cinta dari Allah.
Selain itu, Anselmus berbicara tentang dosa dalam tema keselamatannya. Penulis melihat bahwa ia berusaha menjelaskan hak Allah. Manusia melaksanakan hak Allah dalam kehidupannya, jika manusia tidak melaksanakan hak Allah, manusia telah berdosa. Menarik bahwa Anselmus mengatakan bahwa dosa sekecil apapun tetap menjadi berat, karena yang dilawan adalah Allah. saya sengaja mengambil paham dosa terlebih dahulu dalam pemikiran Anselmus, supaya saya bisa masuk pada karya Yesus Kristus dalam kehidupan-Nya. Yang unik dalam perkataan Anselmus adalah dosa ini bisa diampuni dengan tiga cara: lewat pengampunan, lewat hukuman atau silih. Kembali pada penekanan awal Anselmus tentang keselamatan. Allah memiliki hak-Nya, baik untuk mengampuni dosa, ataupun tidak, dan manusia harus membuka diri secara total. Manusia tidak hanya menerima pengampunan cuma-cuma karena itu dilihat Anselmus tidak ada faedahnya.
Untuk itu, maka akan muncul figur Allah-manusia yakni Yesus. Yesus menyelamatkan lewat penyerah diri secara utuh dalam kematiannya. Yesus dengan pilihan bebas-Nya demi keadilan Allah mati, bukan untuk menyilih dosa-Nya (karena Ia tidak memiliki dosa kepada Allah), tetapi ‘yang melebihi’ tuntutan itu yakni demi pembayaran hutang (dosa) manusia kepada Allah. Tujuan akhirnya adalah demi silih dosa asal (Adam). Sang sabda tidak hanya mengambil rupa manusia, melainkan harus mengambil hakikat manusia dan harus menjadi anggota keturunan Adam itu sendiri. Yesus sungguh taat kepada Bapa dan menyerahkan diri secara total dan menyeluruh.
Sumber Bacaan:
Georg Kirchberger, Allah Menggugat: Sebuah Dogmatik Kristiani (Maumere: Penerbit Ledalero, 2007) 195-197.
Simon Petrus L. Tjahadi, Petualang Intektual, (Yogyakarta: Kanisius, 2004)
Gerald O’Collins, SJ dan Edward G. Farrugia, SJ, Kamus Teologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1996).
Mantap dek semangat berkarya melalui tulisan2 mu
BalasHapusTerima kasih frater..semangat terus menulis dan berkarya
BalasHapusMantapp broo...
BalasHapusSemakin menukik ni menulis 👍
Mantap om frater
BalasHapusMantap e
BalasHapus