(Olah-)Rasa


    Kekalutan adalah hambatan dan tantangan dalam hidup manusia. Salah satu penyebabnya adalah manusia sulit untuk meretas atau meruntuhkan negatif thinking baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Hal semacam ini menjadikan manusia terkungkung dalam pikirannya itu, sehingga sulit untuk berkembang dan menemukan kapasitas yang ia miliki dalam dirinya. Kebebasannya seolah-olah hilang dalam pikirannya dan menjadi tidak bebas. Banyak orang mulai cemas dengan eksistensinya di dunia ini dengan memunculkan pertanyaan: “bagaimana mencapai kebahagiaan?”       

    Negatif thinking merupakan sesuatu yang lumrah dalam diri setiap individu manusia. Pikiran ini membuat kita tidak berkembang dalam meraih apa yang kita impikan. Akan tetapi kita tidak aware dengan situasi atau keadaan semacam ini. Padahal keadaan ini seringkali membuat kita gegana (gelisah galau merana) dalam mengarungi hari-hari hidup kita. Pikiran negatif banyak disebabkan oleh pengalaman dan perasaan bersama keluarga, komunitas sosial, sahabat dan lain sebagainya.

    Penulis melihat ada dua dampak dari pikiran negatif, yakni pertama, secara psikis. Pikiran negatif dapat menyebabkan perasaan gelisah, tidak tenang, rasa kesepian (loneliness). Semuanya itu mengarahkan orang pada sikap dan tingkah laku yang buruk, bahkan  kepribadian yang tidak baik. Seorang yang masuk dalam kategori ini, misalnya preman, pengguna narkoba dan lain sebagainya. Kedua, secara fisik. Pikiran negatif yang terjadi terus menerus dapat merusak dan meresonansi organ-organ tubuh tertentu dari manusia, sehingga muncul berbagai macam penyakit.

    Berbagai narasi hidup bukanlah sebuah anomali kepastian yang dibaluti dengan rasa kematian “sang aku”. Setiap insani manusia tahu menyelaraskan hidupnya seturut cuitan rasa dalam dirinya. Namun, tidak sedikit yang mengabaikan hal tersebut, entah apa dan mengapa. Akan tetapi, kekuatan negatif lazimnya mendekonstruksi hidup manusia. Untuk itu, retasilah pikiran negatif dengan mengubah dan mengarahkannya ke pikiran positif. Kekuatan pikiran positif mampu mengantar kita pada way of joy and success. Jadikanlah dirimu bagian dari positif thinking.

    Henley, seorang bijak dari Inggris abad XIX mengatakan “aku penguasa nasibku, aku nakhoda sukmaku.”


 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keselamatan dalam Pandangan Agustinus dan Anselmus

Derita dan Toleransi Konteks Indonesia

Toleransi Beragama di Era Revolusi Industri 4.0