Dosa, Rahmat dan Keselamatan

Sumber Gambar: menjawabkristen. net



Dalam tulisan sederhana ini, penulis akan mengupas tentang dosa, rahmat, keselamatan dan hubungannya. Pertama, dosa. Dosa merupakan kenyataan yang pasti dan selalu ada dalam hidup manusia. Setiap orang pasti pernah berbuat dosa selama hidupnya. Sudah dari sananya manusia berdosa dan dosa inilah yang disebut dosa asal. Ini seringkali menjadi alasan mengapa anak yang masih kecil mesti dibaptis. Cyprianus, di Gereja Barat, menyatakan bahwa seorang anak kecil yang dibaptis dilepaskan dari situasi kedosaan yang melekat padanya karena ia adalah keturunan Adam.[1]

Ini mengafirmasikan bahwa dosa asal merupakan dosa yang dibuat oleh manusia pertama. Hal ini sejalan dengan pemikiran Agustinus. Menurut Agustinus setiap orang dan seluruh umat manusia dihukum oleh karena dosa Adam, yang di dalamnya mereka semua berdosa dan bukan karena dosa-dosa pribadi.[2]

Dalam Perjanjian Lama istilah yang paling banyak dipakai untuk menunjuk tindakan berdosa punya arti pokok “bertindak salah di hadapan Allah”.[3] Bertindak salah di hadapan Allah yang dimaksud untuk menggambarkan sikap ketidaksetiaan umat Israel. Ketidaksetiaan ini dalam Perjanjian Lama terjadi dalam relasi antara umat Israel dengan Yahwe yang merupakan sebuah perjanjian. Jadi “bertindak salah di hadapan Allah” dalam Perjanjian Lama menggambarkan tentang ketidaksetiaan umat Israel pada perjanjiannya dengan Yahwe.

Kedua, rahmat. Dalam Kitab Suci, rahmat terutama merupakan suatu sikap dari pihak Allah terhadap manusia, sikap yang baik dan positif yang mau mengembangkan manusia, justru tanpa ada lebih dahulu suatu jasa baik dari manusia.[4] Yang menjadi penekanan di sini adalah bahwa rahmat diberikan oleh Allah kepada manusia karena Ia menghendakinya (atas kebaikan-Nya) bukan karena manusia telah berbuat sesuatu untuk mendatangkan rahmat itu.

Tentang rahmat ini banyak para teolog yang memiliki pemikiran yang bertentangan, dua diantaranya adalah Agustinus dan Pelagius. Menurut Pelagius segalanya sudah ada dalam dinamika rahmat dan setiap orang harus berusaha mengambil bagian dan memperoleh keselamatannya dalam arus universal rahmat itu. Sedangkan menurut Agustinus segalanya berada dalam dinamika ketidakselamatan. Oleh karena itu setiap orang harus secara khusus ditarik ke luar oleh Allah dari arus ketidakselamatan secara universal itu. Kalau tidak dikeluarkan secara khusus maka ia menuju kebinasaan. [5] Letak perbedaan pemikiran dari kedua teolog ini adalah bahwa bagi Pelagius manusia perlu bertindak untuk mendatangkan rahmat. Sementara bagi Agustinus rahmat itu atas kehendak baik Allah tanpa tindakan manusia terlebih dahulu.

Ketiga, keselamatan. Sama seperti Luther dan para Reformator lain Konsili Trente menegaskan, manusia tidak bisa menyelamatkan diri, melainkan hanya karena rahmat Allah, manusia bisa selamat dan bisa dijadikan manusia benar di hadapan Allah.[6] Meski manusia tidak bisa menyelamatkan diri, ini bukan berarti bahwa manusia hanya menjadi diam tanpa bertindak. Hal ini juga ditegaskan oleh Konsili Trente melalui sikap penolakannya terhadap pemikiran para Reformator. Dengan menolak pendapat para Reformator, Trente menegaskan, bahwa rahmat Allah tidak membuat manusia menjadi pasif semata-mata, melainkan membebaskan dia, agar ia bisa menempuh jalan menuju keselamatan.[7]

Manusia dapat selalu berdosa dan menolak keselamatan. Meskipun demikian, Allah tetap menghendaki agar semua orang diselamatkan. Allah ingin supaya semua orang menjadi selamat (bdk.1 Tim 2:4). Tampak di sini sifat Allah yang baik hati yang tiada hentinya mencurahkan kebaikan Ilahi-Nya kepada manusia. Karena kemurahan-Nya yang melimpah dan belas kasihan Bapa yang bebas menciptakan kita serta penuh kasih memanggil kita, untuk bersama dengan-Nya ikut menikmati kehidupan dan kemuliaan-Nya (AG. 2).

Keterkaitan antara dosa, rahmat dan keselamatan terletak pada rahmat itu sendiri. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa rahmat Allah membuat manusia kembali berdamai dengan-Nya. Rahmat pulalah yang membuat manusia bisa menjadi selamat. Rahmat itu perlu dibayar dengan hidup baik.



Rujukan:

[1] Al-Purwa Hadiwardoyo, Pertobatan Dalam Tradisi Katolik, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), 56.
[2] Georg Kirchberger, Allah Menggugat, (Maumere: Ledalero, 2007), 319.
[3] Al-Purwa Hadiwardoyo, Pertobatan Dalam Tradisi Katolik, 50.
[4] Georg Kirchberger, Pandangan Kristen Tentang Dunia dan Manusia, (Maumere: Ledalero, 2003), 82.
[5] Georg Kirchberger, Allah Menggugat, 348.
[6] Georg Kirchberger, Pandangan Kristen Tentang Dunia dan Manusia, 88.
[7] Georg Kirchberger, Pandangan Kristen Tentang Dunia dan Manusia, 88.

Komentar

  1. Bicara dosa, rahmat, & keselamatan saya teringat kembali pada doa sederhana dari Santo Ignatius Loyola:

    Ambillah Tuhan dan terimalah seluruh kemerdekaanku, ingatanku, pikiranku dan segenap kehendakku, segala kepunyaan dan milikku.

    Engkaulah yang memberikan, pada-Mu Tuhan kukembalikan.

    Semua milikmu, pergunakanlah sekehendak-Mu.

    Berilah aku cinta dan rahmat-Mu, cukup itu bagiku. AMIN.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keselamatan dalam Pandangan Agustinus dan Anselmus

Derita dan Toleransi Konteks Indonesia

Toleransi Beragama di Era Revolusi Industri 4.0