Kaum Berjubah dalam Sihir Keduniawian
Kaum berjubah masa kini mengalami krisis identitas dan panggilan. Persoalan dasarnya tidak terletak pada krisis panggilan (sapaan Tuhan), tetapi minimnya jawaban manusia atas sapaan itu. Panggilan untuk pewartaan semakin sulit dijalankan, karena adanya tantangan-tantangan duniawi yang mencederainya. Realitas dunia panggilan masa kini tengah dilanda penyakit-penyakit keduniawiaan spiritual. Paus Fransiskus mengatakan, “ancaman keduniawian dan nilai-nilai duniawi memotivasi kaum terpanggil dalam tugas pelayanannya.” Sesungguhnya, ungkapan ini ingin menegaskan tentang kaum terpanggil yang kini tunduk pada sihir keduniawian spiritual.
Tanda-tanda keduniawian spiritual telah tampak dalam kehidupan kaum terpanggil, antara lain: pertama, “klerikalisme” adalah persoalan di mana seorang religius bermain kekuasaannya semau gue. Ketika ini menjadi berkembang, keutamaan panggilan diabaikan dan umat beriman tidak lagi dapat merasakan kehadiran cinta yang otentik. Adanya situasi semacam ini telah menodai panggilan suci atau hidup religius. Tantangannya adalah bagaimana untuk membangkitkan kembali kepercayaan dan kasih umat kepada kaum terpanggil dengan menjadi gembala yang sejati. Fenomena-fenomena semacam ini tak dapat dielakkan lagi dalam dunia religius.
Kedua, “karirisme” adalah sebuah keadaan di mana kaum terpanggil mencari kemuliaan pribadi dan mengejar posisi, membentuk kelompok dalam misi berdasarkan pertalian etnik dan bahasa. Situasi ini menimbulkan begitu banyak persoalan yang saat ini masif terjadi di lingkungan kaum terpanggil. Kemuliaan fana dan pengharapan palsu lahir dalam situasi ini. Keutamaan panggilan menjadi pudar ditelan keegoisan para religius yang mengabaikan identitasnya.
Ketiga, kaum terpanggil dalam dunia modern juga telah dirasuki oleh “mentalitas bisnis." Di mana mereka mulai memandang aktivitas pelayanan dan kerasulan sebagai sarana bisnis yang menguntungkan dirinya. Do ut des, memberi untuk menerima. Ungkapan klasik ini tidak hanya kiasan biasa tetapi telah hadir dalam penghayatan hidup kaum terpanggil. Sentakkan irama akan hal ini mulai mengerucut bersamaan dengan perkembangan zaman. “Saya melayani dan kamu harus memberi sesuatu.” Dampaknya hanya sedikit bahkan tidak ada waktu dan ruang lagi bagi tanggungjawab utama panggilan, yakni mewartakan sukacita Injil kepada kaum miskin.
Panggilan adalah sebuah rahmat yang diberikan oleh Allah secara cuma-cuma (gratis) kepada manusia. Panggilan sejatinya merupakan peristiwa ketertangkapan seseorang pada perangkap Ilahi. Peristiwa ini menggambarkan bahwa Allah sungguh mencintai dan ingin memiliki setiap pribadi yang terpanggil dalam semangat Putera-Nya. Tuhan tidak pernah membimbing seseorang pada suatu jalan kesesatan, tetapi pada rel menuju pencapaian yang abadi dalam hidup. Dengan demikian, setiap pribadi yang dipanggil memiliki pengalaman dan ceritanya masing-masing bagaimana ia ditangkap Allah.
Ekspresi eksistensial panggilan adalah iman dan cinta. Bahwa dengan cinta, orang dapat menunjukkan hakikat dirinya sebagai kaum terpanggil untuk menjadi “Kristus masa kini.” Orang yang penuh cinta mengekspresikan dirinya melalui tindakan kasih dalam pelayanan. Dalam konteks ini kita mampu mengekspresikan semangat dari esensi panggilan. “Panggilan adalah cinta, dan mencintai berarti memberi diri seutuhnya pada Dia, yang merupakan keutamaan iman.”
Makin mantap jika diselipkan pemikiran henri de lubac. Mantap nyadu
BalasHapusmks kk buat masukannnya... Sengaja tidak mennambahkan pendapat tokoh trtentu biar tidak melebar. hehehehhheee. de Lubac sdah sy ulas beberpa hari lalu
HapusSebuah panggilan bukan hanya dimiliki oleh kaum biarawan/ biarawati tetapi sebuah panggilan dimiliki setiap orang ( manusia )..
BalasHapusKaum awam berbagai macam panggilan misalnya ada yg menjadi guru, Gubernur, bupati, petani, nelayan dan sebagainya sedangkan kaum biarawan/i tentu kita pasti sudah mengetahuinya..
Namun bgaimana kita menjalani panggilan tersebut? Apakah kita menjalani panggilan ini dengan sungguh2 ?
Seperti kata penulis godaan panggilan terbesar adalah Duniawai..Duniawi dapat menghambat laju panggilan kita..
Dalam kaum biarawan secara khusus bagi para frater godaan terbesar bukannya hanya duniawai melainkan juga kaum Hawa juga dapat menghambat laju perkembangan panggilan..
Namun bagaimna mereka dapat dan atau mampu melwati ini semua???
Semoga kita semua tekun dalam misi panggilan kita masing yang sudah Tuhan percayakan pada kita secara khusus untuk para kaum biarwan/i yang akan mewartakan sapda Tuhan didepan mimbar serta menjalani perayaan ekaristi ( misa )..
Jubahmu adalah Jala keselamatan bagi Umat manusia..
mks kks buat respon baiknya.....
HapusJubahmu adalah Jala keselamatan bagi Umat manusia..
Tulisan yang sangat kreatif & menarik untuk di baca.
BalasHapusmks kk buat respn baiknya.... Gb
HapusSaya teringat sebuah doa dari Santo Ignatius Loyola ketika menghadapi beragam desolasi dan skrupel yang menghambat setiap gerak batin untuk menemukan Tuhan dan memuliakan-Nya, sekaligus memurnikan laku kita. Persis persoalan panggilan hidup yang beragam jelas membuat kita jadi bingung dan perlu memohon pencerahan dari Tuhan. Doa Mohon Kemurahan Hati
BalasHapusajarilah diriku Tuhan,
agar aku dapat memiliki kemurahan hati yang sejati,
agar aku dapat melayani Engkau sepantas-pantasnya,
agar aku dapat memberi tanpa menghitung biaya.
agar aku dapat berjuang tanpa memperhatikan luka,
agar aku dapat bekerja tanpa mencari istirahat,
agar aku dapat mengorbankan diri tanpa memikirkan ganjaran,
asal aku tahu - aku melakukan kehendak-Mu Tuhan. AMIN.
mks kaka dosen....komentar yang baik dan sangat menginspirasi penulis... GB
HapusTerimakasih kaka, tulisan ini sangat menarik sebab menyinggung persoalan-persoalan yang sedang menggrogoti panggilan kaum berjubah saat ini khususnya klerikalisme, karirisme dan mentalitas bisnis. Tulisan ini sangat berguna bagi para kaum berjubah untuk memurnikan motivasi panggilan sebagai pelayan Kristus.
BalasHapusmks buat responnya...slm setia
HapusMkasih untuk setiap tulisan nya yg membetilan penambahan ilmu baru secara gratis bagi para pembaca nya..
BalasHapusWlo terkadang sulit untk memahami namun perlahan dapat dicerna..
Salut akan karya karyanya
mks bu....GB
HapusMantap tulisanx ya Fr...Sukses selalu
BalasHapusmks kk....Gb
HapusSemoga sang penulis ini tetap teguh akan panggilannya.
BalasHapusmks buat dukungannya... GB
Hapus